Selasa, 26 November 2013

Mitos Masin : Legenda Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku

MITOS MASIN ; Legenda Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku
( Dilema antara Implementasi Etika dan Kodrati Erotika )
Oleh : Miko Thor

Ilustrasi Mitos

Sunan Muria ( Umar Said ) adalah salah satu tokoh terkenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa dan salah satu anggota Wali Songo. Dalam menyebarkan ajaran agama, Sunan Muria mendirikan padepokan (pesantren) yang mengambil markas di salah satu pegunungan Muria (Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus – saat ini --) sekaligus tempat tinggalnya. Sebagai tokoh yang cukup memiliki pengetahuan terhadap ajaran-ajaran agama (Islam), Sunan Muria memiliki banyak murid yang datang berguru dari segala penjuru. Salah satu dari sekian banyak muridnya terdapat nama Rinangku (Raden Bagus Rinangku), seorang murid yang memiliki kepandaian di pesantren tersebut. Ketampanan dan kepandaian Rinangku menjadi daya tarik tersendiri yang membuat seorang putri Sunan Muria bernama Nawangsih (Raden Ayu Dewi Nawangsih) jatuh hati dan mendapat sambutan dari Rinangku. Keduanya menjadi sejoli yang sedang jatuh cinta. Mengetahui gelagat ini, Sunan Muria mulai khawatir dengan hal-hal yang tidak diinginkannya. Namun untuk melarang begitu saja hubungan kedua insan, hanya akan menurunkan kewibawaan Sunan Muria yang terkenal dengan seorang yang alim dan bijaksana. Maka dicarilah cara agar dapat menjauhkan hubungan tersebut dengan cara-cara yang lebih dapat diterima masyarakat. Kebetulan musim tanam padi telah berlangsung dan tanaman menjelang panen. Areal persawahan milik pesantren Sunan Muria sangat luas dan menjangkau sampai ke desa yang lain yakni Dusun Masin (Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus –saat ini--). Persawahan di dusun Masin juga bersiap untuk panen. Dari kondisi ini, Sunan Muria memiliki ide untuk dapat menjauhkan hubungan asmara putrinya dengan Rinangku yang semakin hari semakin terlihat sangat dekat. Dikirimlah Rinangku ke dusun Masin mengemban tugas menjaga tanaman padi di persawahan agar tidak diserang hama atau burung-burung pemakan padi sehingga diharapkan hasil panen akan melimpah. Jarak antara desa Colo dan Masin cukup jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Berangkatlah Rinangku ke dusun Masin untuk menjalankan tugas yang diembankan oleh gurunya, yang artinya dia harus berpisah dengan pujaan hatinya dalam jangka waktu yang tidak ditentukan karena Rinangku harus bertempat tinggal di dusun Masin. Dari hari ke hari, Dewi Nawangsih yang dilanda mabuk cinta pada kekasihnya (Rinangku) tidak kuasa menahan rindu yang kian hari semakin dirasakan menyesakkan dada. Dengan kenekatannya, Dewi Nawangsih kabur dari tempat tinggalnya berniat menyusul pujaan hatinya.

Kepergian Nawangsih dari rumah selama berhari-hari yang belum juga pulang, membuat ayahnya (Sunan Muria) menjadi murka. Sunan Muria curiga kepergian Nawangsih untuk menemui Rinangku yang memang dicintai putinya. Diutuslah beberapa santri (murid pesantren) ke dusun Masin untuk menyelidiki apakah Nawangsih benar-benar ada disana. Dugaan Sunan Muria sangat benar, beberapa murid yang mendatangi lokasi persawahan menjumpai kedua insan yang sedang mabuk kepayang sedang bermesraan melepas kerinduan di gubug (rumah-rumahan kecil tempat menjaga tanaman padi), hingga tidak menghiraukan burung-burung  memakan buah padi. Salah seorang dari murid utusan tersebut balik ke pesantren untuk melaporkan kejadian yang telah dilihatnya. Beberapa murid tetap tinggal dan menegur Rinangku. Terjadilah dialog :

“ Hei.. Rinangku… apa yang telah kau lakukan saat ini sungguh tidak pantas dan menodai ajaran-ajaran luhur yang telah disampaikan guru di pesantren”.

Rinangku membalas : “ Apa kesalahanku hingga kau berkata seperti itu? Aku sudah patuh pada tugas guruku untuk menjaga sawah ini walaupun hatiku sangat berat menjalani, tetapi tetap saja aku lakukan, bukankah ini menunjukkan kepatuhanku pada guru?”
Seorang murid kembali berkata : “Inikah yang kau katakan menjaga sawah? Lihatlah burung-burung itu pesta pora melahap tanaman padi milik kita, tapi kau tidak berusaha menghalaunya, tetapi kau malah asyik bermesraan dengan Nawangsih putri guru. Saya yakin guru akan murka jika mengetahui perbuatanmu ini”.

Rinangku kembali menjawab : “ Aku masih belum tahu apa kesalahanku. Aku disuruh menjaga sawah ini dan telah aku jaga siang malam walaupun tidur diatas gubug ini. Bukankah aku disuruh menjaga sawah? Bukan menjaga burung-burung? Jika memang burung-burung itu memakan padi, bukankah memang sudah memakannya? Apakah aku harus melarang burung-burung cari makan? Bagaimana jika nanti burung-burung itu kelaparan? Apakah aku tidak berdosa menjadi penyebab burung-burung itu kelaparan?” Rinangku masih menimpali, “ Mengenai persoalan cintaku dengan Nawangsih, apa hak kalian melarangku? Kami sudah dewasa dan mengerti bagaimana perasaanku. Mengapa kami harus dipisahkan? Kalian lihat sendiri bagaimana kekuatan cinta yang kami miliki, tak bisa dipisahkan dengan cara apapun. Kalian ikut mengurusi hubungan cinta kami, jangan-jangan kalian iri atau cemburu”.

Seketika merah padam muka para murid mendengar kata-kata Rinangku. Saking menahan marahnya mereka hanya diam dengan hati dongkol. Mau balik ke pesantren tetapi tugas yang diberikan gurunya belum mencapi hasil, mau tetap disitu tetapi hatinya marah. Maka beberapa murid masih tetap diam di lokasi sambil menunggu reaksi dari gurunya yaitu Sunan Muria.

Sementara itu, salah satu murid yang bertugas menyampaikan laporan telah sampai ke pesantren. Murid itu segera menceritakan apa adanya sesuai yang dilihat. Sunan Muria sangat murka mendengar penuturan muridnya perihal kelakuan salah seorang muridnya yaitu Rinangku dan juga putrinya yaitu Nawangsih. Bergegas, Sunan Muria bersama salah seorang murid yang tadi, menuju lokasi persawahan Masin  untuk melihat sendiri apa yang telah terjadi pada murid dan putrinya. Membawa senjata panah untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di perjalanan, Sunan Muria dengan muka bergetar menahan marah, sampai ke lokasi yang ditunjukkan salah satu muridnya. Benar saja, kini matanya melihat sendiri apa yang telah terjadi dihadapannya. Rinangku dan Dewi Nawangsih sedang asyik memadu kasih di atas gubug melepaskan semua hasrat kerinduan yang selama ini dipendam. Sedangkan di areal lain murid-muridnya diam mematung tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dengan murka yang tak bisa dibendung lagi, dihunuslah satu anak panah diletakkan di busur siap dibidikkan ke sasaran. Dua insan yang sedang bergelora asmara tak menyadari apa yang tengah terjadi pada dirinya. Hanya teriakan kaget bercampur kesakitan tatkala mereka menyadari sebuah benda tajam menembus badannya. Dua tubuh yang sedang berpelukan itupun tak kuasa menahan laju anak panah yang menembus dada mereka berdua. Mereka kini jatuh terkulai dengan badan masih menempel karena tertembus anak panah. Mereka mengerang kesakitan menunggu ajal, dan teriakan kutukan-kutukan pun terjadi. Dikarenakan sudah tak kuasa lagi menahan amarah, Sunan Muria terlambat menyadari bahwa apa yang dilakukan baru saja telah menghabisi nyawa salah satu putrinya. Ia segera berlari menuju kedua jasad untuk memberikan pertolongan. Murid-muridnya yang berada disitu dipanggil agar turut membantu memberikan pertolongan. Namun justru yang didapati adalah situasi dimana para murid tersebut diam terpaku tak bisa berbut apa-apa karena shock mengalami peristiwa yang tak pernah dilihatnya seumur hidup. Sunan Muria menjadi marah lagi dan mngutuk para muridnya.

“ Melihat situasi ini, ternyata kalian hanya diam membisu saja, tak berbuat apa-apa. Dasar kalian. Kalian tak ubahnya seperti pohon-pohon di sekitar sini yang tak bergerak apa-apa melainkan hanya diam membisu..!”. Seketika para murid itupun berubah bentuk menjadi pohon-pohon yang mengelilingi areal tersebut. Dengan dibantu beberapa penduduk yang akhirnya datang mendengar kehebohan yang terjadi, maka jasad kedua manusia yang tertusuk anak panah, dimakamkan diarea tersebut hanya satu liang makam dengan posisi masih berpelukan.
(Sumber : legenda  yang beredar di masyarakat).

Fenomena Ritus

Malam Jum’at Wage, adalah hari keramat bagi orang-orang tertentu yang meyakini adanya berkah yang datang, yang berasal dari legenda Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku. Di hari (atau malam) tersebut, makam Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku yang terletak di kawasan Dusun Masin Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kudus dibanjiri pengunjung (peziarah) yang bermaksud akan mendapatkan kekuatan lebih terhadap segala usahanya selama ini agar berhasil, dengan melakukan ziarah (ritualisasi) di makam tersebut. Ratusan orang bahkan pernah mencapai ribuan pengunjung mendatangi makam secara perorangan maupun rombongan dengan berbagai harapan mendapatkan keberhasilan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Istilah bagi masyarakat setempat dinamakan ngalap berkah. Kebanyakan yang melatarbelakangi harapan keberhasilan ini adalah demi kesuksesan usaha (wiraswasta, bisnis) dan sebagian kecil berupa kenaikan pangkat (bagi pegawai) serta kepentingan lain yang akhirnya turut menyertai. Mengacu pada penafsiran mitologi yang beredar dan populer di kalangan masyarakatnya, maka bentuk upacara ritualnya pun tergolong unik. Yakni, setelah melakukan penziarahan (memanjatkan doa yang dipimpin juru kunci makam), maka para pengunjung melanjutkan upacara ritual inti dengan melakukan hubungan intim (hubungan seksual) di sekitar areal makam tersebut dengan penziarah lain lawan jenis. Ritual sex inipun memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain : pelaku ritual sex (laki-laki – perempuan) belum saling mengenal satu sama lain sebelumnya, hanya dilakukan satu kali saja oleh satu pasangan (yaitu di malam itu), keberhasilan yang diharapkan hanya dimiliki oleh satu orang saja dari setiap pasangan (bisa pihak laki-laki saja atau pihak perempuan saja), dan mengikat sebuah perjanjian yakni siapa dari pasangan tersebut yang menerima kesuksesan maka akan memberikan kontribusinya (bantuan materi) kepada pasangannya. Perjanijian ini bersifat mengikat (secara sugesti) secara periodik, dan memiliki sanksi (sugestif pula) bahwa yang melanggar perjanjian maka seluruh harta yang diperolehnya akan cepat habis dan kembali jatuh miskin.

Dari waktu ke waktu situs makam Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku semakin ramai dikunjungi orang. Pengunjung datang dari berbagai kota terutama sekitar Kudus, seperti Jepara, Demak, Pati dan Grobogan. Pada hari-hari biasa (diluar malam Jum’at Wage) juga sering ditemui orang-orang yang melakukan ziarah walaupun tidak banyak. Namun peziarah di hari-hari biasa tidak melakukan ritual sex. Hanya di malam yang telah ditentukan yakni malam Jum’at Wage ritual sex diperbolehkan.
‘Kekeramatan’ makam Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku sangat diyakini oleh penduduk setempat ( dusun Masin). Hal ini terlihat pada disetiap acara yang diselenggarakan (hajat penduduk) seperti kelahiran, khitanan, perkawinan atau hari-hari yang dianggap memiliki momen khusus penduduk setempat memberikan persembahan berupa makanan di makam tersebut. Jenis makanan yang dipersembahkan biasanya berupa ingkung (ayam secara utuh yang telah dimasak) dan diberikan kepada juru kunci  untuk dipanjatkan doa. Disamping itu, makam Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku juga menyisakan kekeramatan lain berdasar mitologi, yakni larangan menebang pohon yang berdiri di lokasi makam apapun kepentingannya, yang barangsiapa berani melanggarnya akan menerima kutukan bencana. Larangan ini sangat dipatuhi oleh penduduk setempat hingga saat ini.

Problematika dan Dilema

Keyakinan masyarakat terhadap makam Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku yang dianggap memiliki kekeramatan tersendiri menimbulkan lokasi makam ini banyak dikunjungi orang. Pada hari-hari biasa dan boomingnya pada malam Jum’at Wage dimana puluhan  dan bahkan pernah mencapai angka ratusan pengunjung memberikan dampak yang dianggap positif maupun pengaruh yang lain berupa pergeseran-pergeseran makna. Dampak ekonomi kerakyatan misalnya, terdapat pada kesempatan bagi para penduduk setempat untuk membuka warung-warung yang menyedikan makanan dan minuman, atau membuka lahan parkir kendaraan (penitipan motor atau mobil) bagi kebutuhan para pengunjung yang datang. Dari sektor ini, membuka peluang usaha bagi masyarakat (setempat) yang tentunya memberikan keuntungan secara ekonomi. Bagi pemerintah desa setempat uang kas yang terkumpul (retribusi) dari para pengunjung memberikan kontribusi yang lumayan bagi pendapatan desa.
Keragaman kepentingan dari banyaknya pengunjung mulai dari yang memang benar-benar melakukan ritual, sekedar melihat, iseng dan lain-lain membawa pengaruh yang lain pula bagi perkembangan eksistensi makam ini. Keramaian yang tercipta dengan berbagai motivasi inilah yang kemudian juga turut dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu demi kepentingannya sendiri, yaitu munculnya kelompok pekerja seks komersial. Mula-mula para penjaja tubuh ini berkedok sebagai pengunjung biasa dalam menggaet mangsanya. Namun, lama – kelamaan aksi ini menjadi semakin terang-terangan atau vulgar dan bahkan menjadi sulit dibedakan mana yang pengunjung ritual dan mana yang penjaja seks komersial. Salah satu persoalan inilah yang kemudian menimbulkan distorsi bagi citra ritualisasi di makam Dewi Nawangsih – Bagus Rinangku.

Proses perkembangan pemikiran manusia (masyarakat) melalui pendidikan, ekonomi, maupun kesadaran agama, yang cenderung bersifat pragmatis, tekstual dan terukur menjadikan posisi dilematis bagi masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat kebudayaan. Pada realitas tertentu, fenomena yang terjadi pada sebuah tradisi walaupun berisi ritus sex misalnya, tentunya memuat kandungan nilai-nilai local wisdom (kearifan lokal) yang mestinya dapat ditelusuri sebagai bahan pemikiran, perenungan dan aplikasinya pada pola-pola tindakan. Sedangkan pada realitas yang berlawanan masyarakat dihadapkan pada norma, aturan dan hukum (moral maupun positif) yang darinya memberikan kekuatan ‘memaksa’ bagi masyarakat untuk mematuhinya. Posisi dilematis  akan menjadi persoalan tersendiri manakala masyarakat dihadapkan pada konsekuensi memilih, dimana masyarakat itu sendiri memiliki keyakinan kedua realitas tersebut sama-sama dibutuhkan demi kelangsungan dan keteraturannya. Masyarakat haya disodori pada sebuah pilihan tanpa upaya-upaya pencarian solusi. Pilihan hanya menghasilkan konsuekensi realitas yang satu akan menghapus atau menghilangkan realitas yang lainnya.

Kearifan lokal barangkali perlu dibangkitkan kembali untuk mengurai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan dilematika masyarakat terutama yang berhadapan dengan nilai tradisi dan nilai moralitas. Putus asa dan harapan, moral dan tindakan, erotika dan etika adalah proses alamiah yang selalu dijalani setiap manusia. Ironisme senantiasa hadir di depan mata : semangat menjalani kehidupan pluralitas senantiasa dikobarkan, pada saat yang sama pemaksaan terhadap satu keyakinan juga ditanamkan.

Etika dan Erotika

Etika yang berarti "timbul dari kebiasaan" (Yunani Kuno: "ethikos") adalah sesuatu dimana dan bagaimana mempelajari nilai atau kualitas mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti : baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Dengan kata lain, etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Sedangkan erotika atau erotisme dihubungkan dengan tindakan atau ekspresi yang dimunculkan oleh tubuh sedemikian rupa yang dapat menggugah hasrat birahi atau seksualitas. Walaupun kesan dangkal selalu tak terhindarkan, namun erotika bisa menjadi media untuk menghidupkan perasaan, untuk mengekspresikan dan menyatakan dirinya. Kemarahan pada nasib, protes terhadap ketidakadilan hidup, dan ironisme kenyataan.

Kekayaan tradisi yang dimiliki bangsa telah menunjukkan bagaimana raga dirayakan tanpa meninggalkan ruh, atau sensualitas diekspresikan tanpa menghilangkan kesakralan.  Di setiap masa dan di tiap tempat, raga dan erotika akan terus dirayakan dan punya ruangnya sendiri untuk tampil. Perayaan itu adalah bagian yang sah dan alamiah dari ekspresi manusia, dan dengan jalan seperti itu hidup dianggap menemukan detaknya kembali. Tetapi yang menyedihkan, adalah senantiasa ada orang-orang yang cemas dan jijik dengan semua itu. Mereka menolak kodratnya sendiri, dan kemudian dengan membabi buta bernafsu memberangus ekspresi-ekspresi erotika tersebut.
Memahami perilaku sosial, tidak bisa dengan menggunakan paradigma hukum saja, baik itu hukum moral (agama) atau hukum positif (negara). Hal itu hanya akan menimbulkan benturan dengan nilai-nilai sosial masyarakat yang notabene memiliki sistem sendiri. Menghadapi persoalan seperti dimaksud yang perlu dilakukan adalah memahami apa yang ada di balik peristiwa tersebut.
Dalam masyarakat Jawa terdapat kepercayaan tentang adanya suatu kekuatan yang melebihi, sebagai misal : kesaktian, arwah atau roh leluhur dan makhluk-makhluk halus. Dalam kerangka inilah ritus dikonstruksi, dijalankan dan direproduksi melalui modifikasi-modifikasi. Keberadaan ritus secara keseluruhan telah menunjukkan makna itu sendiri, baik secara keberadaannya langsung maupun makna-makna yang bersifat simbolik. Makna hanya dapat ‘disimpan’ di dalam symbol yang mengacu pada ‘sesuatu yang lain (yang melampaui)’. Dari hal inilah, ritus dapat menambah kenyamanan sekaligus merefleksikan solidaritas sosial dimana sendi-sendi kesadaran kolektif dijadikan kekuatan.
Masyarakat (terutama Jawa) memiliki suatu kecenderungan untuk menilai kebenran tidak secara hitam putih serta tidak menilainya dengan klaim bahwa kebenaran hanya ada dalam satu kepercayaan saja.

Tatkala modernitas mengantarkan pada kebutuhan pragmatis, maka dibutuhkan upaya perenungan dan penghayatan terhadap nilai-nilai tradisi yang kaya makna – makna keselarasan. Keselarasan dapat dimaknai sebagai kemampuan manusia untuk mengatur keseimbangan emosi dan menata perilaku yang tidak menimbulkan keguncangan. Perilaku ini termanifestasikan dalam sikap hidup, yaitu : saling menjaga diri, menjaga cipta, rasa, karsa dan tindakan. Nilai-nilai ini dapat menjadi acuan agar masyarakat senantiasa anggun dalam melantunkan kidung hidupnya walaupun terjadi ritme-ritme yang riuh dan gaduh. ----Tinggal bagaimana menjiwainya----

8 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf kalau postingan saya menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya saya berharap ada yang sama seperti saya.perkenalkan terlebih dahulu saya aini andari tinggal di Padang,dulu saya penjual kue keliling himpitan ekonomi yang membuat saya seperti ini,saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap usaha,pada suatu malam saya buka internet tidak sengaja saya lihat postingan seseorang yang sama seperti saya tapi sudah berhasil,dia dibantu oleh Kajeng Taat Pribadi tampa pikir panjang saya hubungi beliau saya dikasi pencerahaan dan dikasi solusi,awalnya saya tidak mau tapi sya beranikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar sekarang saya punya toko bangunan Jaya Abadi didaerah Padang,terimah kasih saya ucapkan pada Kanjeng Taat Pribadi berkat beliau saya seprti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau Kanjeng Taat Pribadi beliau orangnya baik ini nomor beliau 085299036030 atau klik http://kanjengtaatpribadi777.blogspot.co.id/ ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata sekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb....allahuakbar....allahuakbar....allahuakbar...



Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Suci Andini tinggal di Riau,dulu saya berprofesi sebagai penjahit namun himpitan ekonomi yakni hutang piutang dalam membangun usaha saya kian semakin besar tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap ikhtiar, pada suatu hari saya membuka buka internet tidak sengaja saya melihat postingan seseorang yang sama seperti keadaan saya tapi beliau sudah berhasil,beliau dibantu oleh Kyai H. Sakti Mangunkarso tanpa pikir panjang saya menghubungi beliau, saya diberikan pencerahaan dan solusi, pada awalnya saya ragu ragu tapi saya coba memberanikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar dan sekarang saya punya beberapa mini market dan penginapan didaerah Riau,terimah kasih saya ucapkan pada Kyai H. Sakti Mangunkarso sebab berkat beliau saya bisa seperti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau Kyai Sakti Mangunkarso beliau orangnya ramah ini nomor beliau 0852 1117 4125 ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata sekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb...

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini, Awal mula saya ikut pesugihan, Karena usaha saya bangkrut dan saya di lilit hutang hingga 900jt membuat saya nekat melakukan pesugihan, hingga sutu waktu saya diberitahukan teman saya yang pernah mengikuti penarikan uang ghaib dengan Kyai.Sukmo Joyo dan menceritakan sosok Kyai.Sukmo Joyo, saya sudah mantap hati karena kesaksian teman saya, singkat cerita saya mengikuti saran dari pak.kyai saya harus memilih penarikan dana ghaib 1 hari cair dengan tumbal hewan dan alhamdulillah keesokan harinya saya di telepon oleh pak kyai bahwa ritualnya berhasil dana yang saya minta 3Milyar benar-benar masuk di rekening saya, sampai saat ini saya masih mimpi uang sebanyak itu bukan hanya melunaskan hutang ratusan juta bahkan mampu membangun ekonomi saya yang sebelumnya bangkrut, kini saya mempunyai usaha di jakarta dan surabaya yang lumayan besar, saya sangat bersykur kepada allah dan berterimakasih kepada pak. Kyai.Sukmo Joyo berkat beliau kini saya bangkit lagi dari keterpurukan. Jika ada teman-teman yang sedang mengalami kesulitan masalah ekonomi saya sarankan untuk menghubungi Kyai.Sukmo Joyo di 085219106237 agar di berikan arahan. Untuk lebih jelasnya bisa kunjungi situsnya Pondok Spiritual Al-Hikmah http://sukmo-joyo.blogspot.co.id/

No name mengatakan...

Assalamualaikum wr,wb..
Setelah menyimak percakapan di atas
ALHAMDULILLAH Jika memang itu benar berarti orang indonesia sudah banyak yg tidak MISKIN lagi..
Bagi kalian yg sudah suksess jangan lupa infaq dan sodaqoh nya. Karena seutuh nya apapun yg ada di dunia ini hanya milik ALLOH SWT .

FarhanE7 mengatakan...

Penipu

FarhanE7 mengatakan...

Etdah bahas apa komen apa. Hari gini masih percaya dukun dan pesugihan???WKWKWK...

Unknown mengatakan...

Percayalah k pda yg mmberi hidup (allah)

Adderd mengatakan...

artikel yang bagus gan, sangat bermanfaat...

Solusi Sales
Digital Marketing

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review